Titah terus menggebu-gebu. Harapan memanas dalam coretan pena yang beralaskan kertas. Mimpi berkibar layaknya cakrawala yang meluas tiada batas. Gelora ombak di lautan tiada henti untuk menyuarakan datangnya keajaiban. Entah harus sampai kapan anak kecil itu menunggu. Di bangku sekolah dasar, dalam sorakkan kegembiraan. Anak-anak berlarian begitu meriahnya. Robin hanya termangu melihat kondisi. Tak beralaskan sepatu, mungkin kakinya akan koyak jika ikut berlarian bersama anak-anak itu di tengah tanah bebatuan. Hati kecil meringis dalam sunyi. Sejak mentari terpancar dan menjulang tinggi, pertanyaan yang sama terus saja muncul. Kapan aku bisa mempunyai sepatu lagi? Di sebuah perkampungan kecil. Mata hanya bisa jauh memandang hijaunya pepohonan dan merasakan gemulainya angin bertebaran.
“ Ayah, kapan aku bisa dibelikan sepatu lagi?”
“Tunggu saja nak! Kalau ada uangnya, pasti ayah belikan sepatu yang bagus untukmu”.
Kehidupan yang penuh dengan kerja keras, selalu saja membutuhkan sebuah perjuangan. Semangat yang ada haruslah tetap membara dan tak henti-hentinya bergelora. Seperti anak itu, yang tak pernah mengeluh dengan kondisi keluarganya yang susah. Setiap saat ayah dan ibunya butuh bantuan, Robin selalu siap sedia untuk membantu. Keringat bercucuran membasahi tubuh yang kecil dan mungil. Lumpur pun turut menghiasi wajah. Gemuruh tanah sentak bertaburan. Saat cangkul yang lebih besar dari badan anak kecil itu menembusi tanah. Di saat anak kecil seusianya asik tertawa bermain ayun-ayunan, Robin harus mengalami hal yang berbeda. Dia harus berusaha untuk mengayunkan cangkul yang berat itu. Ayunan demi ayunan mengoyakan tanah yang akan dijadikan ladang. Tanah yang juga menjadi sumber kehidupan dan satu-satunya kekayaan.
Robin menghela napas panjang. Tampak tubuh yang kecil itu, hampir remuk akibat kelelahan yang dirasakan. Sempat sesaat anak itu jatuh ke tanah, karena tak sanggup lagi mengayunkan cangkul yang besar itu.
“Sudahlah nak! Janganlah kau paksa dirimu. Besok kan masih sekolah. Jadi istirahat saja dulu. Biarkan ayah saja yang menyelesaikan pekerjaan ini.”
“Terima kasih ayah. Kalau begitu aku pamit pulang dulu yah!”
Keesokan harinya, dalam perjalanan pulang dari sekolah. Kaki mungil tak beralas, harus menerjang curamnya jalan yang penuh dengan bebatuan. Langit termangu dan tak pernah berbicara, saat mendungnya awan berkeliaran tanpa meminta izin. Robin berlari, saat hujan deras tiba dan membasahi suratan kisah anak itu.
Ketika dia sampai di rumah, darah tampak menetes dari kaki anak itu. Jeritan kesakitan seakan-akan menjadi instrument yang mengiringi tetesan darah tersebut. Sontak, ibunya kaget saat mendengar rintihan rasa sakit yang menyelimuti rumah kecil itu. Lekas ibunya langsung menghampiri anak kecil itu dan mengobati lukanya dengan obatan seadanya yang masih terbilang alami.
Sanubari redup dalam perihnya hidup. Rasa ingin menyerah kian sesaat terselip dalam benak. Namun, rasa itu tak mampu untuk membuat Robin guncang dari kehidupan yang dimilikinya. Perjuangan telah menghantarkan anak itu, untuk terus berusaha agar dapat mengubah nasib. Berusaha dan terus berusaha untuk menapaki jejak-jejak mimpi yang dimilikinya. Dan hal ini adalah langkah yang tak mudah bagi Robin dalam mencapai mimpinya itu.
Semangat Robin dalam belajar, terus saja bergeleriah dalam dirinya. Bila tak ada kesibukan di rumah, Robin selalu menyempatkan diri untuk bergelut dengan buku di perpustakaan desa seberang, yang jaraknya sekitar dua kilometer dari rumahnya. Di tempat itu juga ia menempuh pendidikan dasar karena di desanya tak ada sekolah.
Kehidupan melekat dalam madah yang memikul rasa. Rasa untuk bisa menikmati kebahagiaan dan kedamaian. Sudah lama sekali sepatu Robin rusak. Sejak saat itu, dia tak memakai sepatu untuk pergi ke sekolah. Harapan memusar pada semangat perjuangan. Rintihan tangis, pedih dan perih selalu saja mewarnai hati. Lantunan doa berkumandang dari hati kecil Robin. Anak itu meminta kepada Tuhan agar dapat memerintahkan seorang malaikat untuk bisa memberikan sepasang sepatu bagi dirinya.
Enam bulan kemudiaan….
Ladang yang telah dihiasi bahan-bahan makanan tersebut siap untuk dipanen. Dan hal ini menjadi berkat tersendiri bagi Robin atas harapannya selama ini. Dari penghasilan yang didapat atas jualan hasil panen, ayah Robin membelikan sepasang sepatu baru yang cukup bagus untuk anak itu. Secercah kegembiraan menghantarkan anak itu pada satu tekad yakni dapat membahagiakan kedua orang tuanya dengan menjadi orang yang sukses ketika ia besar nanti.
“Ayah, ibu. Terima kasih banyak. Aku janji. Langkah awalku bersama sepatu ini akan mengubah nasib keluarga kita. Percayalah!
Anak terus berusaha untuk membuktikan tekadnya itu. Setiap usaha baik pasti selalu membuahkan hasil yang baik pula. Cakrawala turut menjadi saksi perjalanan anak itu. Robin selalu saja mendapat ranking satu, di setiap akhir semester, sejak usaha dan kerja keras yang bermula saat ia duduk di bangku kelas empat sekolah dasar.
Hal ini terus saja berlaku. Saat Robin naik ke jenjang SMP, ia pun terus berusaha. Dan, hal itu terbukti. Setiap akhir semester namanya selalu dibacakan pada posisi teratas dengan nilai tertinggi. Perjuangan pun berlanjut di bangku SMA. Hal yang sama pun terus dibuktikannya. Keajaiban telah muncul pada seorang anak kecil yang dulunya selalu berharap untuk mendapatkan sepasang sepatu.
Lima tahun berlalu sejak Robin berhasil mendapatkan gelar sarjana di bidang bisnis. Robin terus menekuni usaha di bidang ekstraktif dalam memproduksi bahan pengelolaan hasil pertanian setengah jadi menjadi produk siap saji. Usaha yang dirintis Robin ini terus berkembang. Produknya sekarang dapat bersaing dengan pasar nasional. Sekarang Robin pun harus terus-terusan keluar kota untuk mengecek data perkembangan kantor cabangnya yang tersebar hampir ke seluruh kota-kota yang ada di Indonesia.
Mimpi seorang anak desa kini menjadi kenyataan. Tak lupa kesuksesan ini dipersembahkan Robin untuk kedua orang tuanya. Sekarang, ayah dan ibunya tak perlu bersusah payah bekerja. Robin telah mewarnai hari tua mereka dengan memberikan kebahagiaan atas kesuksesannya. Terbanglah terus untuk melintasi dunia dan buatlah semua kisah menjadi sejarah yang takkan terlupakan! ***