Senin, 15 Agustus 2022
Hak.2:11-19 ; Mat.19:16-20
Pekan Biasa XX
“Jika engkau hendak sempurna, pergilah, jualah segala milikmu dan berikan kepada orang miskin maka engkau akan beroleh harta di surga?” (Mat.19:16)
Kisah seorang muda kaya. Hidup dalam gelimangan harta. Tatapi rendah hati dan taat beriman. Ia beranikan diri bertanya , “Guru perbuatan baik apakah yang harus ku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”. “Jika engkau mau masuk hidup yang kekal, turuti segala perintah Allah”. Jawab Yesus singkat.
Semua sudah ku lakukan. Katanya dengan yakin. Apa lagi yang masih kurang? “Pergilah, juallah segala milikmu dan berikan kepada orang-orang miskin maka engkau akan beroleh harta di surga”. Mendengar itu, hatinya sedih. Ia lalu pergi meninggalkan Yesus.
Ia sedih karena jiwanya terobsesi dengan sesansi kemewahan hidup. Belum rela melepaskan diri. Hatinya masih melekat dengan hartanya. Hidupnya masih bersandar dan bergantung pada barang yang fana.
Pengalaman orang muda dalam kisah injil ini mengingatkan kita, bahwa kita mesti memiliki jiwa yang bebas, demi tujuan yang lebih mulia. Kita hidup, berjuang, berdedikasih dan berbela rasa, karena kita tahu hidup saat ini merupakan investasi ke akhirat. Segala daya upaya kita lakukan tidak hanya demi kesenangan semasih di sini. Di dunia. Tetapi demi nasib jiwa kita nanti. Di akhirat. Bersyukur jika kita masih memikirkan hal ini.
Di sini hanya sementara. Tetapi yang nanti, itu abadi. Apakah demi yang sementara ini, kita juga pergi dengan sedih? Menjauh dari Tuhan? Hidup sesuka hati? Berhamba Harta, kuasa dan uang, demi nimat hidup saat ini?
Tidak! Jiwa kita mesti bebas. Tak boleh diikat dan dibelenggu kenikmatan dan kerakusan. Memiliki sesuatu dalam hidup adalah bukti berkat Tuhan. Kita bekerja keras, dan Tuhan memberkatinya. Semua karena berkat, maka kita tak boleh egois. Teruslah membuka tangan. Tidak hanya untuk meminta dan menerima. Melainkan berbagi dan bersyukur. Melipatgandakan rahmat, kasih dan sukacita.
Ya, jiwa mesti bebas. Bebas dalam setia di koridor Allah. Setia menuruti perintah Allah. Hidup sejalan kehendak Allah. Dan, menjauhi laranganNya. Ataukah sering kita memilih pergi dengan sedih, karena hati belum rela? Mari merenung.
Tuhan memberkati. SALVE.***
RD. Wens Herin
Amin kk Romo🙏🏽😇