Aksinews.id/Kupang – Ini penegasan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) pada pertemuan High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (HLM TPID) Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang dilaksanakan Jumat (12/8/2022) di Aula Kantor Pusat Bank NTT, Kota Kupang.
Pertemuan ini menghadirkan narasumber, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT I Nyoman Ariawan Atmaja, Sales Area Pertamina NTT Mohammad Toher, dan Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho. Kepala Biro Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Setda Provinsi NTT Lerry Rupidara bertindak sebagai moderator.
“Kecerdasan seorang pemimpin sangat dibutuhkan saat menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan termasuk saat menghadapi tekanan inflasi pada level provinsi maupun kabupaten/kota se-NTT. Jangan malas untuk berkreasi, temukan solusi-solusi cerdas, perkuat kolaborasi antar daerah. Manusia semakin merasa susah, maka dengan sendirinya manusia akan terdorong lebih kreatif untuk mencari terobosan cerdas, dalam rangka dirinya, karena manusia menggunakan mindset untuk berpikir,” tegas Gubernur VBL penuh semangat.
Orang Nomor Satu NTT ini juga menegaskan kepada Bupati dan Wakil Bupati se-NTT yang hadir, agar menjadi pemimpin seperti layaknya seorang kepala rumah tangga. Sehingga tahu apa yang masyarakat butuhkan. Pemimpin yang hebat adalah pemimpin yang mampu dan berani mengambil resiko, berani mengambil langkah-langkah tegas untuk kemajuan rakyatnya, dan berani merubah aturan atau diskresi yang menghambat upaya kesejahteraan masyarakat.
Penghormatan dan penghargaan tertinggi seorang pemimpin bukan saja pada legalitas yang dimiliki, tetapi yang utama adalah pada legitimasi pengakuan rakyat terhadap kinerja kepemimpinannya, tandasnya.
“Perlu adanya hubungan interaksi dan kolaborasi yang baik antar daerah, khususnya Kota Kupang, Waingapu, dan Sikka yang mana tingkat konsumsinya tergolong tinggi. Diharapkan daerah-daerah yang besar seperti Sumba dan Flores, untuk mulai lebih serius mengelola potensi pangan yang ada dengan baik. Provinsi ini memiliki kekayaan alam yang luar biasa kaya, namun perlu adanya peningkatan sumber daya manusia didalamnya, sehingga kekayaan alam yang ada bisa dikelola secara benar dan bertanggung jawab,” ujarnya.
Gubernur VBL juga mengharapkan dalam momentum pertemuan semua mampu berkolaborasi dalam mengatasi inflasi pangan yang ada. Bahan pangan seperti cabai, tomat, dan bawang merah tidak lagi didatangkan dari luar, namun diproduksi sendiri oleh kita, karena memang kondisi topografi dan geografi wilayah kita, sangat produktif menghasilkan produk bahan pangan tersebut.
“Oleh karena itu, diharapkan para bupati dan walikota lebih kreatif dalam mengelola sumber daya alam yang ada di daerahnya masing-masing”, ungkap Politisi Partai Nasdem ini.
Putera Semau ini juga mengharapkan agar para bupati bisa mempersiapkan kebutuhan pangan rakyatnya, sebelum terjadi krisis pangan. Hal ini dikarenakan Indonesia, adalah salah satu negara yang nantinya terkena dampak krisis pangan tersebut, yang mana saat ini 60 negara di dunia, mengakui negaranya gagal dalam mengola pangan yang ada atau terjadi inflasi secara besar-besaran.
“Tidak menutup kemungkinan provinsi kita terkena dampak krisis pangan yang dipastikan bisa saja terjadi, manakala kita tidak mengambil langkah-langkah antisipatif. Maka dari itu diharapkan adanya kesadaran dari setiap kepala daerah yang ada, untuk boleh mempersiapkan dan menganalisis segala kebutuhan pangan masyarakatnya sebelum terjadinya krisis pangan di waktu yang akan datang. Setgiap kepala daerah juga harus mampu menguasai pasar, sehingga pasar boleh dikendalikan secara baik dan teratur,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT I Nyoman Ariawan Atmaja, menyampaikan beberapa rekomendasi pengendalian inflasi jangka pendek (quick wins), diantaranya mengidentifikasi Operasi Pasar dengan memastikan ketersediaan pasokan di pasar, kegiatan pasar murah, dan pemantauan harga, baik di pasar maupun di gudang distributor sampai akhir tahun 2022.
‘’Kerjasama Antar Daerah (KAD) dapat dilakukan dengan memanfaatkan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), terutama untuk komoditi yang memiliki andil besar terhadap inflasi di Provinsi NTT, seperti bawang merah, cabai rawit, dan lain-lain. Pemetaan Produksi dan Distribusi serta pengkinian Database, mapping/pemetaan produksi dan distribusi komoditas di daerah khususnya komoditas hortikultura. Membuat, merapihkan, dan melakukan pengkinian database distributor (pemasok) komoditas hortikultura di setiap daerah. Komunikasi Penggunaan Produk Olahan atau sosialisasi kepada masyarakat terkait perluasan penggunaan produk olahan sebagai pengganti komoditas pokok seperti bubuk cabai, minyak kelapa, gula lokal, dan lain-lain,” jelas Nyoman.
Menurut Putera Bali ini, Subsidi Biaya Angkut Komoditas yang mana berupaya memberikan subsidi biaya angkut komoditas hortikultura, perlu diberikan dalam rangka menurunkan biaya logistik atau pengiriman komoditas. Pentingnya diadakan Kampung Sadar Inflasi dengan mengajak masyarakat untuk menanam komoditas penyumbang inflasi, terutama cabai.
“Beberapa waktu lalu, telah dilaunching kampung sadar inflasi di Kelurahan Kayu Putih Kota Kupang. Saya harap dapat menjadi pilot project, untuk menjadi awal dari kegiatan serupa di seluruh NTT,” ujarnya.
Selain Rekomendasi Inflasi Jangka pendek, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT juga memberikan Rekomendasi Pengendalian Inflasi Jangka Menengah dan Jangka Panjang, meliputi Ketersediaan Data Sektoral (memastikan ketersediaan data sektoral yang dapat diakses secara online melaui website masing-masing Kabupaten/Kota.
“Diperlukan data yang lengkap, akurat, kini dan utuh (LAKU). Klaster Komoditas Ketahanan Pangan membentuk klaster komoditas ketahanan pangan yang kuat, guna mengurangi ketergantungan terhadap komoditas dari luar daerah, Closeed Loop Model Kemitraan Agribisnis (membentuk closeed loop (mode kemitraan agribisnis) program disetiap Kabupaten/Kota, guna menciptakan ekosistem komoditas yang kuat. Membentuk Cold Storage, membuat dan membentuk cold storage di setiap Kabupaten/Kota di Provinsi NTT, guna menjamin ketersediaan stok komoditas, Membangun Pabrik Pakan Ternak, pembangunan pabrik pakan ternak untuk mendukung stabilisasi produksi daging ayam ras, telur ayam, dan daging babi, dan Pengembangan Food Estate (Pembangunan dan pengembangan food estate untuk mendorong ketahanan paangan komoditas strategis berbasis korporatisasi pertanian),” tambah Nyoman.
Pada pertemuan ini, Sales Area Pertamina NTT Mohammad Tohir juga menyampaikan beberapa hal yang akan dilakukan seperti mewajibkan konsumen pengguna BBM subsidi untuk mendaftar via web registrasi untuk dapat memisahkan konsumen pengguna yang berhak dan tidak berhak menerima BBM Subsidi.
“Verifikasi pendaftar dilakukan oleh Pemda/Dinas terkait untuk mencocokkan data yang diupload dengan data yang dientri, termasuk penentuan konsumen mana yang berhak menerima BBM Subsidi. Transaksi BBM Subsidi hanya dilakukan oleh konsumen yang terdaftar dengan menggunakan My Pertamina. Hal ini berdampak pada pihak yang berhak subsidi menjadi terlayani lebih baik sekaligus mengeluarkan pihak yang tidak berhak untuk mendapatkan BBM Subsidi,” ungkap Taher.
Sementara Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho dalam kesempatan tersebut memperkenalkan produk aplikasi terbaru Bank NTT dalam rangka pengendalian inflasi bahan pangan, yang bernama B’ Pung Petani.
“Solusi Non Fiskal yang dapat mengoptimalisasikan potensi daerah yaitu dengan cara meningkatkan hasil produksi pangan, menstabilkan pendapatan masyarakat, menetapkan harga maksimum bahan pangan dan mengawasi serta mempermudah jalur distribusi yang ada. Dengan aplikasi B’ Pung Petani diharapkan terjadi keseimbangan permintaan pasar dan bahan pangan yang ada, sehingga inflasi bahan pangan dapat terjaga, hal ini juga mendongkrak Nilai Tukar Petani (NTP), yang pada akhirnya dengan kestabilan ekonomi dapat memacu Pendapatan Pajak dan Retribusi Daerah di Provinsi NTT,” pungkas Putera Sabu menutup pertemuan tersebut.
Tampak hadir pada kesempatan tersebut antara lain Bupati Malaka Simon Nahak, Bupati Sumba Barat Daya Kornelis Kodi Mete, Bupati Rote Ndao Paulina Haning-Bullu, Bupati TTS Egusem Pieter Tahun, Bupati TTU Juandi David, Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo, Bupati Sabu Raijua Nikodemus Rihi Heke, Bupati Manggarai Timur Agas Andereas, Bupati Ngada Anderas Paru, Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do, Penjabat Bupati Flores Timur Doris Alexander Rihi, Wakil Bupati Alor Imran Duru, Wakil Bupati Ende Erikos Emanuel Rede, Wakil Bupati Sumba Tengah Daniel Landa, Wakil Bupati Kupang Jerry Manafe, Wakil Bupati Sumba Timur David Melo Wadu, Walikota Kupang diwakili Asisten III Januar Dally, Bupati Belu diwakili Sekda Kabupaten Belu Johanes A. Prihatin, Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT Luki Koli, Kadis Perhubungan Provinsi NTT Isyak Nuka, Karo Umum sekaligus Plt. Kadis Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT George Hadjoh.***
Penulis: Kornelia Scolastika Nagi
Editor: France A. Tiran/AN-01
Juru Foto: Dionisius Ceunfin