Aksinews.id/Larantuka – Sejumlah anak di Flores Timur, bahkan ada yang masih di bawah umur, sudah menjadi korban praktek liar prostitusi online. Mereka terjebak dalam transaksi Prostitusi Online atau biasa disebut Open BO (Booking Online/Out). Mereka rela menjajakan diri kepada dua sampai tiga pria hidung belang dengan tarif yang lumayan.
Awalnya mereka mengaku diminta temannya ke Larantuka untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. Mereka masuk dalam jebakan Open BO di wilayah tersebut.
Anak yang masih usia beranjak dewasa itu, akhirnya mengenal transaksi seksual, yang baginya masih baru sama sekali. Lokasi praktek prostitusi itu terletak di kawasan Weri, yang cukup jauh dari pemukiman warga, tapi tak jauh dari jalan umum.
“Ada teman yang ajak saya. Dia bilang bantu mamanya di sini (Larantuka-Red) tapi tahu-tahunya terima tamu, di ‘kandang kambing’ (cap diberikan pada sebuah rumah sederhana, tempat transaksi Open BO). Di ‘kandang kambing’ itu, kami bertemu kakak-kakak (laki-laki) dengan patokan tarif Rp 300.000,” ujar Bunga (19), bukan nama sebenarnya, kepada wartawan.
Menurut penuturan Bunga, ia belum bisa kembali ke kampung halamannya, karena dipicu kekerasan orang tuanya. Hal itu ia alami dalam keluarganya sendiri.
“Bapak sifat terlalu jelek le. Bapak masih pukul kami. Kami sudah dewasa, itu kah tapi dimaki,” ujar Bunga, melanjutkan.
Ia mengaku sudah ada beberapa tamu yang dilayaninya. Tamu-tamu itu malah diperkenalkan oleh temannya sendiri.
Pengakuan mengejutkan lain datang dari Mawar, bukan nama sebenarnya. Ia sempat ditawarkan oleh temannya sendiri kepada orang lain. Ia malah tidak tahu apakah tawaran itu bersifat candaan atau benar.
“Kita pung teman satu. Dia buka kita punya foto dia tunjuk laki-laki. Laki-laki itu juga saya kenal. Perempuan itu bilang barang mahal. Paling mahal satu juta paling murah delapan ratus,” ungkapnya.
Namun, dirinya tidak terperdaya oleh niat busuk temannya tersebut. Ia pun mengaku sempat menjembatani transaksi Open BO antara temannya sendiri dengan pria, yang meminta bantuannya.
Bunga, yang sudah terjerembab itu, mengaku dirinya tidak punya niat untuk melakoni pekerjaan yang diharamkan agama dan adat istiadat setempat itu. Dia mengaku mendapat bujukan dari temannya.
Lebih parah lagi, diduga ada seorang ibu, yang diperkenalkan kepadanya, dan katanya, teman-teman seusianya pun sering datang ke rumah ibu tersebut.
“Awalnya dia bilang datang ke sini dengan dia punya mama. Namun, (kami) sama-sama ke mama itu. Baru mama itu bilang kau datang sini terima tamu,” ujar Bunga, keheranan saat itu.
“Saya tanya maksudnya apa ini, dia bilang tidak! Cari tamu. Saya pikir saya datang sini ini bantu ema kerja kah apa kah,” tutur Bunga, menyitir percakapan mereka waktu itu.
Setelah mendengar pengakuan beberapa anak korban, wartawan rame-rame mendatangi lokasi ‘kandang kambing’ itu, dan berusaha menggali lebih jauh soal cerita anak-anak korban tersebut. Ketika tiba di lokasi, yang ditemui hanya ada dua rumah.
Tampak sebuah rumah kosong dengan bagian depan pagar kayu itu terlilit kawat. Dan, kata tetangga yang dijumpai di sekitar pemukiman tersebut, pemilik ‘kandang kambing’ itu telah pergi tiga bulan yang lalu.
“Itu tempatnya pak. Dulu di bawah situ. Sekarang sudah pindah ke sini,” ujarnya sambil menunjuk ke arah rumah yang dimaksud.
Wartawan datang ke lokasi untuk melihat-lihat lebih dekat. Namun, kondisi rumah tampak tertata rapi. Tidak kelihatan seperti rumah dibiarkan tiga bulan tak berpenghuni. (AN-01)