Nama Silvester Petara Hurit bukanlah sosok asing di jagat kepenulisan Esai, Teater dan kritik sosial. Tapi akhir-akhir ini, ia dikenang sebagai cerpenis yang lihai menjelmakan realitas dalam karya-karya fiksi.
Namanya melambung di jagat kepenulisan tanah air karena dua cerpennya yang terbit di Koran Harian Kompas berhasil masuk nominasi anugerah cerpen pilihan kompas.
Hal itu dibenarkan Silvester Petara Hurit kepada media saat ditanya soal dua cerpennya yang lolos anugerah cerpen Kompas.
“Cerpen pertama Menghantar Benih Padi ke Ladang (2020). Yang kedua, Kabar di Malam Natal (2021),” ungkap Silvester, bangga.
Silvester sendiri tak menyangka dirinya bisa meraih nominasi anugerah Cerpen Kompas. “Saya masih baru sekali menulis cerpen. Ini awal yang baik untuk menjadi cerpenis,” ujarnya.
Tentu, kata Sil Hurit, untuk menjadi cerpenis butuh proses yang panjang. “Dan saya percaya menulis butuh proses, butuh proses belajar yang panjang. Karena karya seni baik pertunjukan maupun sastra tak pernah instan,” tandasnya.
Selain itu, ia mengatakan menulis karya sastra seperti cerpen pasti butuh kesabaran dan ketekunan yang panjang.
Untuk diketahui, Silvester Petara Hurit merupakan salah satu ASN di Kabupaten Flores Timur, yang bergiat juga di dunia seni pertunjukkan dan juga kepenulisan Teater, kritik seni dan juga menulis karya-karya sastra. Dua tulisannya masuk dalam nominasi kompas berkat ketekunannya dalam menyisihkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk menulis.
Ia salah satu sastrawan Indonesia yang berasal dari Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Silvester adalah orang kedua dari Flores Timur, setelah puisi Pater Leo Kleden “Surat Untuk Tuhan, masuk dalam Puisi pilihan Kompas beberapa tahun lalu. Profisiat Sil Hurit. (Yurgo Purab)