Malam perayaan Halal Bi Halal dan Paskah Keluarga Besar Lamaholot sudah usai dihelat pada Jumat 11 Juni 2022 lalu. Malam itu, Taman Budaya Gerson Poyk Kupang menjadi saksi bisu, sejarah perjalanan kebersamaan orang-orang Lamaholot di tanah Kupang Kota.
Sekilas, kegiatan ini penuh nuansa kekeluargaan, persaudaraan, dan juga keakraban, yang dibalut dalam kemasan ‘Lakon Budaya Lamaholot’, yang tergambar jelas melalui ragam acara mulai dari busana adat, pameran kuliner Lamaholot, tarian, pementasan monolog, hingga sajian makanan yang disuguhkan oleh Ina-Ama perwakilan para Watan.
Tidak bicara politik, tidak juga bicara soal pencalonan, apalagi konspirasi dukung mendukung para bakal calon yang akan bertarung dalam Pilkada maupun Pileg dua tahun mendatang. Yang terjadi malam itu, hanyalah refleksi mendalam tentang persaudaraan, tentang spirit kebhinekaan, tentang kekeluargaan, juga tentang nilai-nilai luhur yang meretas dan mengalir dalam diri semua yang terlibat. Mulai dari panitia, undangan, hingga perwakilan 5 Watan, sampai pada adik-adik mahasiswa dari Ikatan Mahasiswa Adonara, Solor dan juga Lembata.
Semua berjalan dalam nuansa yang boleh dibilang, sebagai wujud ungkapan kerinduan akan adanya momen yang mampu menyatukan masyarakat Lamaholot di Kota Kupang, dalam cerminan rasa persaudaraan, kekeluargaan, dan juga persatuan. Sebuah peristiwa suka cita dalam kebersamaan.
Tentunya, yang hadir dan mengambil bagian dalam kegiatan malam itu, tahu persis, seluruh rangkaian peristiwa yang terjadi. Rasanya, tak satupun bsa menyangkal, bahwa acara malam itu, sungguh suatu suguhan yang penuh rasa Lamaholot. Mulai dari sajian pembuka, ketika para tamu undangan hadir di lokasi, sajian makanan khas Lamaholot, seperti kue putu, jagung titi, tuak, lawar, kue rambut, plus dengan proses pembuatannya menjadi tawaran menarik para undangan. Sebab, bukan soal rasa saja, tapi tontonan cara membuat makanan khas pun disajikan oleh adik-adik mahasiswa Lamaholot di Kota Kupang.
Tidak cukup dengan itu, para undangan kemudian disuguhi sebuah opening ceremmony, yang dibuka dengan tarian hedung dan tarian lui’e yang mengantar para ketua Watan menuju ke atas panggung untuk melakukan acara tuang tuak (behing), yang sebelumnya disambut oleh tarian Helong dari sanggar taman budaya GP.
Monolog yang dimainkan oleh aktor kawakan putera Lamaholot, menjadi refleksi singkat betapa pentingnya kita yang sudah jauh merantau meninggalkan Lewotanah, untuk senantiasa terus hidup berpedoman pada nilai-nilai leluhur dan selalu mengatakan persaudaraan dan kekeluargaan.
Malam itu, opening ceremmony ditutup dengan tarian dolo-dolo bersama sebagai bentuk persaudaraan sejati. Panggung suka cita itu pun, menjadi gempita, penuh keakraban dan kekeluargaan. Pesan-pesan paskah dan Halal Bi Halal pun tersampaikan dalam renungan panjang tentang hidup, bertumbuh, dan juga kekeluargaan tanpa batas.
Usai laporan ketua panitia sebagai ucapan terima kasih atas dukungan semua pihak, Ketua Ikatan Keluarga Lamaholot pun mengajak kita semua untuk senantiasa bangga dengan identitas kita sebagai warga Lamaholot di tanah rantau. Pun demikian, ungkapan rasa bangga Wali Kota Kupang, kepada masyarakat Lamaholot yang telah menjadi cerminan kebhinekaan dan juga simbol kerukunan antar umat beragama di Kota Kupang.
Malam itu pun, dilalui dengan sajian band, tarian Khasidah, hingga tarian Lilin serta diiringi lagu-lagu daerah Lamaholot yang dipandu oleh dua anak muda yang juga adalah Lamaholot, Marsel dan Khatrine.
Acara ditutup dengan menari bersama, bergandengan tangan, bersuka cita bersama, dalam nuansa yang sungguh-sungguh kekeluargaan sebagai cerminan Satu Lamaholot. Salam Satu Lamaholot. (Heri Boli)