Rabu, 08 Juni 2022
2Kor.3:4-11 ; Mat.5:17-19
Pekan Biasa X
“Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya” (Mat.5:17)
Yesus pribadi yang revolusioner. Pemikirannya sering berseberangan dengan adat kebiasaan Yahudi. Ia berani mengoreksi, mengkritisi bahkan menghendaki perubahan. Demi kebaikan dan kesetaraan hidup bersama.
Para pemimpin Yahudi kuatir, jangan-jangan Ia mengubah hukum Taurat. Namun, Yesus menyatakan, DiriNya tidak berhak meniadakan satu titikpun dalam hukum taurat. Hukum taurat berasal dari Allah. Ia hanya seorang hamba yang menggenapi taurat Musa. Seperti yang diungkap St. Paulus, “Kristus adalah ‘ya’ atas semua janji Allah” (2kor.1:20). Tetapi sayang, orang Yahudi tidak memahami dan tidak pula menerimaNya.
Yesus konsisten dengan sikapNya. Ia tidak mengubah. Hanya mengoreksi agar hukum Taurat dijalankan dengan setia. Tetapi tidak kaku, tanpa empati dan membebani. Tidak memeras orang kecil. Tidak menindas yang terpinggirkan. Hukum taurat tidak boleh dijalani dengan embel-embel, sesuai selera pemimpin agama Yahudi.
Firman hari ini ingatkan kita, bahwa adat budaya itu baik adanya. Untuk menjaga nilai hidup, martabat diri, dan kebaikan serta kesetaraan dalam tata relasi hidup bersama. Banyak yang tabu. Hanya bisa diterima dan dijalankan. Tetapi jika ada hal yang membebani, yang dirasa “menindas” secara ekonomis, apakah tidak bisa dikoreksi, dikritisi, dan diubah?
Butuh jiwa yang revolusioner! Yang berani hadirkan perubahan. Meski kadang sulit diterima. Dianggap pembangkang. Mengganggu kenyamanan dan kemapanan. Karenanya terus ditantang bahkan disingkirkan.
Yesus mengajak kita, mulailah dari diri. Tegas katakan ya atau tidak! Tetapi tetap peka dan berempati. Karena di depan mata, banyak ketimpangan didiamkan. Diamini saja karena dianggap biasa, itu adat, atau wewenang. Jika kita diam, maka yang berperan adalah si jahat. Mulailah, dan Tuhan akan menggenapinya.
Tuhan memberkati. SALVE. ***