Negeri Jiran, Malaysia, merupakan salah satu negeri dimana banyak anak Ile Lewotolok mengadu nasib. Di negeri itu, mereka bersimbah peluh. Tetes keringat yang kian menghitam terkadang harus ditemani air mata yang mengucur deras. Mereka menjemput rejeki saban hari dengan kerja keras.
Ternyata semua itu dilakukan bukan hanya untuk dirinya sendiri. Kesenangan dan kemewahan sudah pasti jauh dari hidupnya. Lelah di pundak hanya mampu terbayar oleh rindu. Cucuran keringat demi keringat itu pun sudah cukup tergantikan oleh rasa cinta. Cinta pada anak-anak, sanak dan kerabat di tanah tumpah darahnya.
Sabtu, 14 Mei 2022, siang, ada cerita yang sulit terlupakan. Di bawah rindang pohon, cerita itu dirajut satu demi satu. Cerita tentang anak-anak Ile Lewotolok di negeri Jiran yang mau berbagi kasih. Dari kantung bajunya yang lusuh, satu per satu mereka menjimpit sejuta rasa demi kemajuan pendidikan anak-anak di Lewotana.
Satu per satu nama dalam daftar penyumbang itu pun dibaca. Pemandu acara hari itu, Yoseph Dore Purab yang membacanya. Lagi-lagi ada air mata ketika Dore menyebut nama-nama itu.
Nikolaus Demong Purab adalah nama pertama yang disebut. Nikolaus yang oleh kerabatnya di kampung biasa disapa Laus Tupengen itu menjadi “nakhoda” sebuah kelompok anak rantau di negeri Jiran. Kelompok yang terdiri atas lima puluh sembilan pekerja migran itu dinamakan “Group Ile Lewotolok” atau disingkat “GIL”.
Kali ini, GIL mendonasikan sejumlah sarana pendukung pembelajaran. Donasi itu diberikan untuk SDK 1 Lewotolok dan TK Dewi Sartika. Kedua lembaga pendidikan ini berada di Desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Provinsi NTT. Sebagai anak tanah kampung Lewotolok, para anggota GIL sudah pasti pernah mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah itu. Meski gedung sekolahnya sudah roboh dihantam badai Seroja, 4 April 2021 lalu, roh pendidikan tak pernah mati dari sanubari orang-orang Lewotolok.
“Untuk SDK 1 Lewotolok, ada 60 unit kursi plastik dan 1 unit meteran listrik 900 Watt. Sedangkan untuk TK Dewi Sartika, ada 10 unit kursi plastik, 12 unit meja belajar bahan kayu dan 1 meteran listrik 900 Watt,” urai Dore ketika membacakan berita acara serah terima.
“Ini merupakan bukti cinta kami pada ‘Lewotana’. Kami tak bisa banyak berbuat. Hanya ini yang bisa kami berikan dari hati yang ikhlas,” tutur Kanisius Olaman Langoday, salah seorang anggota GIL yang sempat hadir. Kanisius baru saja tiba di kampung halamannya dalam rangka cuti.
Donasi kali ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya GIL telah membantu para warga terdampak badai Seroja di kampung asalnya. Ketika itu GIL mendonasikan uang tunai sejumlah 31 juta yang kemudian didistribusikan merata kepada semua warga di masa tanggap darurat.
Apapun dan berapapun yang telah didonasikan GIL sudah tentu patut untuk diacungkan jempol. Betapa tidak, para pekerja migran di negeri Jiran itu telah rela mengusap peluh demi kemajuan pendidikan anak-anak di Lewotana. Tidak semua pihak bisa melakukan hal yang sama. Bahkan pihak-pihak yang seharusnya punya otoritas dalam urusan ini, masih saja bungkam. Anak-anak dibiarkan terlantar. Hanya berharap pada para guru untuk mencari jalan sendiri. Benar-benar memilukan.
Beruntung Ile Lewotolok telah banyak melahirkan anak-anak yang selalu tahu berterimakasih. Bapak H. Sulaiman L. Hamzah, anggota DPR RI fraksi Nasdem dari daerah pemilihan (dapil) Papua adalah anak tanah yang pertama mengingat ‘rahim ibunya’. Bapak Haji memprakarsai pembangunan gedung darurat tiga lokal untuk SDK 1 Lewotolok. Dukungan para pihak yang menaruh peduli pun berlanjut hingga kini. Beberapa waktu lalu, Pramuka Kwarda NTT yang dipimpin anak tanah Ile Lewotolok, Drs. Sinun Petrus Manuk juga telah menghadiahi TK Dewi Sartika dengan 40 unit meja belajar. Dan yang teranyar adalah dari Yayasan Caritas, sebuah lembaga non profit milik Gereja Katolik Universal. Yayasan Caritas membantu material pembangunan gedung darurat. Sedangkan tenaga kerjanya berasal dari swadaya masyarakat.
Pihak sekolah penerima manfaat melalui Pemerintah Desa Amakaka menyampaikan berlimpah terimakasih atas semua dukungan ini. Mewakili semua masyarakatnya, Kepala Desa Amakaka, Ambrosius Boyang menyampaikan rasa bangga dan terimakasih berlimpah kepada semua pihak yang telah membantu. Boyang merasa sangat bangga karena anak-anak Lewotolok tidak pernah lupa asalnya.
“Atas nama pemerintah desa dan masyarakat, saya menyampaikan terimakasih. Dengan dukungan Ina/Ama/Kaka/Ari semua, pendidikan anak-anak kita pasti akan semakin baik,” ungkap sang kades dengan mata berkaca-kaca.
Untuk diketahui, acara penyerahan donasi dari anak-anak rantau yang tergabung dalam GIL tersebut berlangsung di halaman belakang gedung darurat SDK 1 Lewotolok. Lokasi gedung darurat itu berada di Lahan Milik Desa Amakaka di Koliwolor, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata. Acara penyerahan itu dilakukan setelah para warga desa bergotong royong menimbun urugan tanah pada fondasi tiga lokal gedung darurat bantuan Yayasan Caritas. Gotong royong ini juga merupakan bagian dari dukungan masyarakat terhadap kemajuan pendidikan anak-anak ‘Lewotana’. Semoga tetap teguh berdiri menghalau badai kebodohan dan kemiskinan. Jaya selalu anak-anak Ile Lewotolok.(Darko Making)