Aksinews.id/Lewoleba – Dari 33.913 Kepala Keluarga (KK) seantero Lembata, sampai hari ini baru 17.930 KK atau 52.87 persen yang terdata lengkap dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PISPK).
Indeks keluarga sehat di Lembata berada pada poin 0,17. Dengan kata lain, kondisi kesehatan keluarga di Lembata masih berada pada kategori tidak sehat.
Penanggungjawab program PISPK Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata, Maria B.K. Beyeng, SKM menyampaikan itu dalam laporannya pada sesi pembukaan Pertemuan Evaluasi Pelaksanaan Program PISPK Tingkat Kabupaten Lembata, Kamis (21/4/2022).
Pertemuan yang bertepatan dengan hari lahir R. A. Kartini ini dilaksanakan di Aula Koperasi Bakti Husada, Lamahora, Kelurahan Lewoleba Timur, Kabupaten Lembata.
Pertemuan dibuka Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata, Markus Kwihal, SKM. Hadir para Kepala Puskesmas dan petugas admin progam PISPK dari 12 (dua belas) Puskesmas se-Kabupaten Lembata.
Saat pemaparan materi, Maria B.K. Beyeng menguraikan secara detail ‘progress’ pelaksanaan program PISPK di masing-masing Puskesmas. “Rata-rata stagnan sejak tahun 2020. Hanya ada beberapa Puskesmas yang naik tapi tidak signifikan. Puskesmas Lamau, Waipukang, Waiknuit dan Hadakewa memang naik tapi tidak signifikan,” urai pejabat fungsional administrator kesehatan itu.
“Bapak Jokowi sendiri selalu berpesan, ‘tenaga kesehatan harus aktif mendatangi masyarakat. Jangan menunggu orang sakit ke Puskesmas tapi datangi mereka ke rumah-rumah’. Teman-teman tidak boleh berhenti menggaungkan dan mengerjakan ini dari waktu ke waktu. Karena PISPK ini jelas diamanatkan oleh regulasi,” lanjut ibu satu anak yang selalu tampil impresif dan tegas itu.
Menanggapi pemaparan itu, staf admin PISPK Puskesmas Waipukang, Rahma Idris menuturkan, di Puskesmas tempatnya bekerja, kegiatan pendataan sudah selesai dilaksanakan. “Datanya sudah ada, hanya belum diinput ke aplikasi,” tuturnya.
Untuk diketahui, program PISPK diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 39 Tahun 2016. Sesuai Permenkes ini, ada dua belas indikator keluarga sehat. Indikator-indikator tersebut adalah: keluarga ikut KB, ibu bersalin di fasilitas kesehatan, bayi mendapat imunisasi lengkap dan bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan.
Selain itu, pertumbuhan bayi dipantau setiap bulan, penderita TB paru berobat sesuai standar, penderita hipertensi berobat teratur dan penderita gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan.
Indikator lain yang tidak kalah pentingnya adalah tidak ada anggota keluarga yang merokok, keluarga memiliki akses terhadap air bersih dan jamban sehat serta memiliki kartu JKN/Askes.
Di Lembata, ada tiga masalah besar. Yakni, tingginya angka keluarga yang tidak ikut KB, tingginya angka keluarga yang merokok dan keluarga dengan penderita hipertensi yang tidak diobati sesuai standar.(DK)