Aksinews.id / Jakarta – Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Dr. Andreas Hugo Parera menyambut baik gagasan Yayasan Koker untuk mendirikan Perguruan Tinggi di Kabupaten Lembata, NTT. Dia menyebut, kabupaten di daratan Flores, Lembata dan Alor, hanya kabupaten Lembata dan Manggarai Timur yang belum memiliki perguruan tinggi.
Ya, “Dari semua kabupaten di dapil (daerah pemilihan) saya, hanya Lembata dan Manggarai Timur yang belum memiliki Perguruan Tinggi. Saya berharap agar Lembata segera memiliki perguruan tinggi,” ungkap Andreas Hugo Parera yang akrab dengan akronim AHP, di Senayan, Selasa (22/3/2022).
Hal itu disampaikan AHP saat menerima kehadiran perwakilan Yayasan Koker, sebagaimana ditulis dalam rilis Team Humas Koker, yang diterima aksinews.id, Kamis (24/3/2022). Perwakilan Yayasan Koker yang bertandang ke Senayan adalah Paulus Doni Ruing, Wilem Lojor, Kristina Tere Pukay, Niko Hukulima, dan Robert Bala.
Dalam pertemuan itu, AHP juga bercerita tentang proses pendirian beberapa Perguruan Tinggi di Flores. Diharapkan, sharing pengalaman itu bisa menjadi masukan bagi Yayasan Koker untuk mewujudkan gagasan mendirikan perguruan tinggi di Lembata.
Bagi AHP, perguruan tinggi di Flores sudah banyak. Karena itu, anak-anak dari Flores harus kuliah di sana untuk menghidupi perguruan tinggi yang ada. “Sebagai bentuk dukungan, maka beasiswa seperti Kartu Indonesia Pintar dan berbagai bantuan lainnya akan ditujukan untuk mereka yang kuliah di Flores,” tandas AHP.
“Kita mau agar uang dari Jawa itu ke Flores bukan terus tinggal di Jawa. Untuk itu, saya mengupayakan beasiswa untuk anak-anak Flores yang kuliah di Flores, bukan mereka yang mau kuliah keluar dari Flores. Jika mereka bisa datang dan belajar ke pulau Jawa misalnya, itu pertanda bahwa orang tua mereka mampu,” lanjutnya.
Untuk hal ini sudah diterapkan AHP dalam membantu beberapa perguruan tinggi di Flores. Mereka pun menjadikannya sebagai bagian dari promosi kepada calon mahasiswa. Hal itu diamini sebagai cara yang baik, selain mendukung perguruan tinggi juga membantu anak-anak Flores.
Dukungan Politik
Ketua Yayasan Koker, Robert Bala mengungkapkan bahwa setiap tahun ada 2000an lulusan SMA atau SMK yang tamat di Lembata. Di mana, sebagian besar dari mereka akan melanjutkan ke perguruan tinggi.
“Dengan lulusan sebanyak itu, kalau saja mereka semua keluar dari Lembata dengan perhitungan bahwa setiap tahun setiap mahasiswa menghabiskan Rp 30 juta, maka ada sekitar Rp 60 miliar uang yang mengalir keluar Lembata. Ini jumlah yang sangat besar untuk ukuran Lembata.”
Menurut dia, jika modal itu dapat dilokalisir atau ditahan tetap di Lembata, tentu menjadi sumbangan yang besar sekali terhadap Lembata.
Untuk itu, Robert Bala mengharapkan agar semua pihak berkontribusi dalam mewujudkan gagasan mendirikan perguruan tinggi di Lembata ini. “Memang hal ini tidak mudah karena mendirikan perguruan tinggi membutuhkan modal yang sangat besar. Namun kalau tidak ada pihak yang mulai bergerak juga tidak proaktif, maka perguruan tinggi hanya akan hidup dalam mimpi orang Lembata,” ujarnya.
AHP juga mengisahkan tentang pendirian Universitas Nusa Nipa di Maumere, Kabupaten Sikka. Awal berdirinya mendapat perhatian penuh dari Pemda Kabupaten Sikka. Bupati yang menjabat kala itu begitu ‘concern’ membantu dan mengalokasikan sejumlah hibah, baik berupa tanah maupun dana. Hal itu memungkinkan Unipa berkembang seperti sekarang ini.
Karena itu, AHP juga mendorong Pemda Lembata untuk proaktif mendukung, minimal dengan hibah tanah atau dukungan lainnya sehingga percepatan perguruan tinggi bisa terwujud.
Menjawab pertanyaan AHP tentang alasan sehingga perguruan tinggi yang pernah didirikan di Lembata yaitu Akademi Komunitas Pertanian (Kerjasama dengan IPB Bogor) dan kelas jarak jauh Unwira Kupang gagal, Robert Bala menjelaskan bahwa hal itu bisa terkait regulasi di mana perguruan tinggi tidak lagi diizinkan membuka kelas jarak jauh.
Selain itu, menurut penulis buku di Gramedia dan penulis opini Kompas ini, bisa saja ada hal lain yang ikut berpengaruh, seperti minimnya rasa saling mendukung. “Banyak orang hebat dari Lembata namun untuk saling mendukung, itu masih menjadi PR yang berat. Orang lebih suka ‘nyinyir’ dan mencari-cari kelemahan ketimbang menunjukkan komitmennya untuk ikut berjuang membangun Lembata,” ungkap Robert Bala.
Manusia Unggul
Berkisah tentang perlunya perguruan tinggi di Lembata, bagi Paulus Doni Ruing berkaitan dengan perlunya manusia unggul di Lembata. “Kita ingin membangun Lembata menyambut generasi emas (2045) dan karena itu kita sangat membutuhkan manusia unggul yang dicetak melalui perguruan tinggi yang ada di Lembata,” ungkap Doni Ruing.
Baginya, manusia unggul akan sangat membantu dalam mengadakan percepatan pembangunan dan lebih melihat potensi untuk bisa dikembangkan di Lembata. Menurutnya, hal sederhana yang bisa dilihat dalam pengolahan hasil bumi dari Lembata, dapat menjadi contoh. Sepertinya tidak ada kebijakan agar pengolahan hasil pertanian atau hasil laut dikelola secara baik oleh Pemda.
Yang terjadi, Lembata menjadi begitu ‘terbuka’ dan semua pengusaha bisa masuk dan membeli hasil bumi sebisanya. Dikuatirkan bahwa para pengepul/pengumpul hasil bumi itu hanya mengambil, namun tidak memiliki kontribusi apa-apa dalam kaitan dengan pajak yang merupakan pemasukan bagi Pemda.
Paulus Doni Ruing juga menyampaikan ke AHP bahwa dukungan yang diberikannya sangat dibutuhkan di Lembata. “Orang Lembata akan tahu bahwa Pak AHP yang memiliki darah Lembata (Lamalera) menjadi bagian utama dari Yayasan Koker dan dengan bantuannya, perguruan tinggi ini dapat berjalan dan berkembang dengan baik, hal mana akan terus diingat,” ungkap Doni Ruing.
Menyambung hal tersebut, Nikolaus Hukulima menambahkan bahwa perguruan tinggi yang hendak didirikan, akan dimulai dengan pusat kajian. Dengan demikian ada harapan bahwa terdapat studi yang lebih spesifik dan mendalam tentang potensi Lembata yang perlu dikembangkan. Ini tentu menjadi daya dorong yang kuat agar perguruan tinggi di Lembata segera hadir.
Pertemuan yang berlangsung dua (2) jam itu terasa sangat singkat, karena dialog yang begitu cair. Kelima utusan Yayasan Koker keluar dari gedung rakyat tersebut dengan penuh senyum sambil berharap bahwa masih ada pertemuan berikut dengan beberapa anggota DPR lainnya untuk meminta dukungan dan arahan. (*/AN-01)