Aksinews.id/Lewoleba – Setelah 7 tahun lebih menjabat Ketua Yayasan Papa Miskin yang mengelola Rumah Sakit Bukit (RSB) Lewoleba, RD Kristo Soge akhirnya dipindahtugaskan oleh Uskup Larantuka, Mgr. Frans Kopong Kung, Pr menjadi Pastor Paroki Kristus Raja Wangatoa, Lewoleba, Lembata.
Pengganti RD Kristo adalah RD Yohanes Angka Wokal, yang sebelumnya menjadi pastor rekan di Paroki Kiwang Ona, Dekenat Adonara.
Acara pisah sambut ketua Yayasan Papa Miskin digelar sederhana di aula RSB Lewoleba, Kamis (24/2/2022) malam, yang diikuti segenap karyawan, baik yang bekerja di Yayasan maupun RSB. Hadir juga, Deken Lembata, RD Philipus Sinyo da Gomez.
Dalam sambutan perpisahan, RD Kristo Soge meminta segenap karyawan, para dokter, dan paramedis yang bertugas di RSB untuk memberikan dukungan dan kerja sama yang baik kepada RD Yohanes yang dipercayakan Uskup Larantuka menjadi ketua yayasan menggantikan dirinya.
“Saya menyampaikan terima kasih kepada Uskup Larantuka melalui Romo Deken Lembata Romo Sinyo da Gomez yang sudah mempercayakan saya selama tujuh tahun lebih menjadi ketua Yayasan Papa Miskin yang menaungi Rumah Sakit Bukit Lewoleba,” ungkap RD Kristo Soge.
Tujuh tahun lebih mengelola RSB, katanya, tentu saja ada suka-duka, sukses dan kegagalan yang sesungguhnya merupakan hal yang wajar dalam karya pelayanan. “Namun, yang saya harus maknai dan pegang dalam ziarah panggilan hidup saya bahwa ada semangat kerjasama yang baik di antara pemimpin, direktur RS Bukit, dan seluruh karyawan-karyawati di rumah sakit dan jadi kekuatan, dan pada saat ini boleh berbangga bahwa rumah sakit di 2022 ini berbeda dengan 2015 lalu. Itu semua karena kerjasama kita semua,” ungkap RD Kristo.
Dikatakan, apa yang sudah dibuatnya selama di RSB, tentunya lebih diketahui para karyawan. Hanya saja, lanjutnya, saat ini patutlah berbangga karena di luar sana orang-orang juga membicarakan RSB saat ini. Namun kebanggaan itu, lanjutnya, tidak lalu membuat diam dan tak lagi bekerja, karena dibandingkan rumah sakit swasta yang lain, RSB masih belum apa-apa.
Ia juga mengajak para dokter, perawat, dan segenap karyawan agar membangun dan memelihara kerjasama, kerja keras, dan disiplin yang sudah dibina selama ini. “Terus ditumbuhkembangkan demi peningkatan pelayanan.”
Sejak awal memimpin yayasan, ia mengaku tak tahu apa-apa soal rumah sakit. Karena tidak pernah dibekali manajemen rumah sakit, dan hanya dibekali manajemen mengurus paroki. “Tapi walau kosong, saya hanya bawa hati. Seorang imam datang berkarya melayani dan bersama karyawan-karyawati berjuang bersama bangun rumah sakit. Dan, pada akhirnya memunculkan motto melayani dengan hati,” ucap RD Kristo, yang tampak matanya mulai memerah menahan sedih.
Karena hati, sambung dia, maka tunjukkan rasa atanggung jawab. “Walau berat karena berhadapan dengan sekian puluh orang yang miliki watak dan kepribadian berbeda. Kadang muncul hal menyakitkan tapi juga menyenangkan, dan Romo Deken selalu menenangkan saya. Dia (Romo Sinyo-Red) bapak yang baik bagi saya,” kata RD Kristo.
Ia juga menyampaikan permohonan maaf kepada segenap keluarga besar RS Bukit jika ia terkadang kasar. Namun hal itu bukan karena kebencian, namun karena cinta. “Dan, buahnya baru sedikit dinikmati sekarang dan harus terus berjuang meningkatkan pelayanan.”
Di tahun 2020, lanjutnya, RSB sudah mulai menerima karyawan Muslim, sebagai bentuk menyatakan bahwa pelayanan RSB bukan hanya untuk umat Katolik saja tapi semua masyarakat.
Di penghujung sambutannya, RD Kristo menyampaikan salam perpisahan. “Memang berat menyampaikan perpisahan, tapi mungkin Allah punya rencana lain untuk saya dan RS Bukit dan Bapak Uskup berikan SK kepada saya untuk tinggalkan RS Bukit dan mendapatkan pemimpin baru. Mari bangun kerjasama yang baik sebagaimana dibangun selama ini dan dengan Romo Anis untuk berjuang bersama demi kemajuan RS Bukit,” tutup RD Kristo.
Sementara itu, RD Yohanes Angka Wokal dalam sambutannya, mengaku berat hati menerima SK sebagai Ketua Yayasan Papa Miskin. Ia lebih ingin menjadi pastor rekan di paroki. Karena ditugaskan, ia pun datang dan mendapat situasi baru dan merupakan suatu hal luar biasa yang menantang.
“Karena ini pelayanan sesuai dengan Sabda Tuhan, firman Allah, karena itu menjadi dasar. Tantangan karena asing di tempat ini. Melihat dengan sinode para uskup, ada tiga kata yang penting, Persekutuan, Partisipasi dan Misi ya sudah lazim dipakai di paroki. Sebagai orang medis adalah satu persekutuan di rumah sakit. Karena itu dalam satu persekutuan tidak bisa lepas satu dengan yang lain. Kata Romo Kristo dulunya hanya orang Katolik yang bekerja di sini, dan sekarang ada yang Muslim, dan jadi satu persekutuan, saling bersatu, saling membangun,” kata Romo Anis, begitu RD Yohanes Angka Wokal akrab disapa.
Karena itu, walau berbeda-beda bidang, namun saling membantu dalam satu lembaga dan saling menunjang, pikiran, hati, dan budi semua dicurahkan dalam persekutuan bersama dalam komunitas lembaga besar ini. Jika ada bidang lain kesulitan, dibantu dengan cara masing-masing agar yang terima tugas pada bidang tertentu merasa didukung dan dibantu.
Menurut dia, jika bersatu dan bekerjasama, ada partisipasi bersama dalam pelayanan medis, maka semua mempunyai tugas adalah membantu para pasien yang adalah tamu Illahi, para pasien yang harus dilayani dengan hati dan tentu saja output-nya adalah semua yang dilayani mengalami keselamatan dan kesembuhan dari Allah melalui tangan semua yang bertugas melayani. “Tiga aspek persekutuan, pelayanan, dan misi harus dimiliki dalam lembaga ini,” tandasnya.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada Uskup melalui Romo Deken yang sudah mempercayakannya. Dia mengharapkan dukungan dan kerjasama karena bukan dari latar belakang medis. Namun ia berkeyakinan, ia akan ditolong oleh petugas medis.
Romo Anis juga mengharapkan komunikasi dan akan selalu menerima masukan dan kerja sama yang baik untuk menuju pelayanan yang lebih baik.
Deken Lembata RD Sinyo da Gomez, pada kesempatan itu, mengatakan, atas nama uskup, ia menyampaikan terima kasih kepada Romo Kristo dan Romo Yohanes sebagai rekan imam yang sudah bersedia menerima SK uskup untuk suatu penugasan baru sebagai tanda kesetiaan keduanya kepada uskup.
“Romo Anis, selamat datang ke Dekenat Lembata sebagai ketua yayasan yang baru, dan selamat bertugas di Lembata dalam urusan Yayasan Papa Miskin, secara khusus penanganan RS Bukit,” ujar Romo Sinyo.
Romo Anis, lanjutnya, sudah biasa mengurus Perdhaki dan memiliki pengalaman. Sehingga ia meyakini Romo Anis akan mampu menjalankan tupoksi sebagai ketua yayasan. “Ini berbeda dengan Romo Kristo yang tujuh tahun lalu menerima tugas dengan minim pengalaman tentang rumah sakit,” papar Romo Sinyo.
Kepada segenap keluarga besar RSB, ia mengharapkan menerima kehadiran ketua yang baru dan memberi dukungan dan bekerjasama dengan baik. “Tanpa dukungan, Romo Anis tidak akan mampu mengerjakan tugas berat ini.”
Romo Sinyo juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Romo Kristo yang sudah mengabdikan diri sebagai ketua yayasan yang menangani RSB. “Selama tujuh tahun ada banyak kemajuan yang dialami baik secara fisik, tetapi terutama juga hal-hal non fisik seperti manajemen dan pelayanan yang diberikan,” ungkap Romo Deken Lembata.
“Ini yang paling penting. Fisik tampilan luar tapi manajemen dan pelayanan menjadi hal sangat penting. Dan percaya semua keberhasilan ini tidak lepas dari Romo Kristo sebagai ketua yayasan. Saya sampaikan penghargaan dan terima kasih bagi yang bekerja di kantor yayasan, direktur, para dokter dan seluruh karyawan karena punya kontribusi tidak sedikit atas keberhasilan Romo Kristo,” ungkap Romo Sinyo.
Walau sudah bertugas di tempat baru, Romo Kristo diharapkan tetap memberikan perhatian dan bantuan ke RSB. Karena dari pengalaman yang dialami akan membantu Romo Anis dan semua yang ada di RS Bukit.
Acara pisah sambut ketua Yayasan Papa Miskin diawali dengan misa di Kapela RS Bukit dilanjutkan dengan ramah tamah sederhana bersama segenap keluarga besar RS Bukit Lewoleba.(AN-01)