Aksinews.id/Ruteng – Gempa tektonik kembali mengguncang Pulau Flores bagian Barat, Senin, 21 Februari 2022, pukul 20:35:59 WITA, berkekuatan M5,8. Hingga Selasa pagi, 22 Februari 2022 pukul 06.48 WITA, tercatat 68 kali gempa bumi susulan.
BMKG merilis bahwa pusat gempa pertama terjadi pada lokasi: 8.12LS, 120.70 BT (60 km Timur Laut Ruteng, Manggarai, NTT), kedalaman: 10 km.
Pada pukul 00.45 WITA, Selasa 22 Februari 2022, monitoring BMKG menunjukkan adanya 40 (empat puluh) aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitudo terbesar M5,4.
Gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di daerah Labuan Bajo, Maumere, Ende, Soa, Ruteng dengan skala intensitas III MMI. Getaran dirasakan nyata dalam rumah dan di dalam hotel, terasa getaran seakan-akan truk berlalu.
Daerah Waingapu, Bia, dan Dompu dengan skala intensitas II-III MMI Hasil permodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami.
Rilis yang disampaikan kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Bambang Setiyo Prayitno menyampaikan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas Flores back arc thrust.
“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” ungkapnya.
BMKG mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
“Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum Anda kembali ke dalam rumah,” pinta Bambang Prayitno.
Sementara itu, Kepala Stasiun Meteorologi Kupang, Agung Sudiono Abadi, SSi dalam rilisnya nomor: HM.05/02/KKOE/II/2022 tertanggal 21 Februari 2022, mengingatkan mengenai potensi cuaca ekstrim di wilayah NTT selama tiga hari, 21-23 Februari 2022.
“Berdasarkan analisis dinamika atmosfer dan laut, terpantau aktif gelombang equatorial rossby di wilayah NTT dan suhu muka laut yang cukup hangat serta adanya sirkulasi Siklon di Laut Arafuru yang menyebabkan terbentuknya daerah pertemuan dan belokan angin di wilayah NTT. Gabungan kondisi tersebut didukung pula oleh kelembaban udara yang cukup tinggi dari lapisan bawah hingga lapisan atas sehingga mampu meningkatkan potensi terjadinya hujan ringan hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang,” tulis Agung Sudiono Abadi, dalam rilisnya. Diingatkan bahwa tiga hari kedepan, curah hujan dan angin kencang berpotensi terjadi di seluruh wilayah NTT, tanpa kecuali. Masyarakat diminta untuk tetap waspada, terutama di daerah yang berpotensi terjadi longsor dan banjir.(AN-01)