Aksinews.id/Lewoleba – Entah apa yang dipikirnya, Dus Ujan langsung berteriak, “Om Gusto e…, kenapa engko bunuh diri begini”.
Teriakan itu didengar Brion Tolok, yang ikut melakukan pencarian mayat guru SMKN Atadei, Kabupaten Lembata, Agustinus Leyong Tolok, di Kalikasa, Desa Katakeja, Kecamatan Atadei, yang ditemukan Sabtu (14/11/2020) lalu.
Broin mengungkapkan apa yang didengarnya itu ketika memberikan keterangan kepada penyidik Polres Lembata, Senin (7/2/2022) lalu, dan dijelaskan kembali kepada aksinews.id, Kamis (17/2/2022).
Dia mengaku diambil keterangan seputar pencarian mayat Agustinus Leyong Tolok selama 3 (tiga) jam di ruang Reskrim Mapolres Lembata.
Ya, “Saya diperiksa 3 jam lebih. Keterangan yang saya berikan kepada penyidik seputar upaya pencarian yang saya lakukan sejak mendengar kabar pada Sabtu sore, 14 November 2020, sekitar pukul 15.00 Wita, saat turun di pelabuhan Lewoleba dengan kapal cepat dari Larantuka,” jelasnya.
Broin menuju Kalikasa bersama rekannya, Martin Lamak dari Lewoleba. Mereka tiba di desa Katakeja sekitar pukul 17.00 Wita lewat. “Saat itu, kami langsung menuju rumah almahrum berniat untuk mencari informasi melalui istri almahrum. Namun saat itu rumah dalam keadaan kosong, sehingga kami langsung menuju SMKN I Atadei untuk mencari informasi di sana,” ujarnya.
Tiba di sekolah, sudah ada bapak mantu (mertua) almarhum dan beberapa orang yang tidak dikenalnya. “Saya dan Martin Lamak menuju sepeda motor almahrum yang parkir di emperan gedung sekolah bagian utara. Saya minta rekan Martin untuk mengecek minyak di motor dengan cara menggoyang dan memastikan keadaan ban motor,” kata dia.
Mereka sempat berdiri beberapa saat, sebelum beranjak pulang ke arah selatan. “Di antara dua gedung di bagian barat (dekat tempat penemuan mayat almarhum) kami sempat berdiri sejenak dengan bapak mantu almahrum dan beberapa orang lain yang tidak saya kenal. Saat itu menjelang pukul 18.00 Wita,” ujar, berkisah.
Broin sempat membuang air kecil (kencing) di daerah sekitar 20-an meter dari lokasi penemuan mayat. Namun, ketika itu, ia mengaku tidak mencium bau apapun. “Saat kami meninggalkan lokasi, ayah mantu dan beberapa orang itu masih berada di sekolah,” kata dia.
Selanjutnya, Broin dan Martin Lamak meninggalkan sekolah dan kembali ke rumah almahrum untuk kembali mencari istrinya. Namun rumah dalam keadaan tertutup dan gelap. “Kami mencari tahu ke tetangga terkait keberadaan istrinya dan mendapatkan informasi bahwa kemungkinan istrinya sedang berada di rumah pak Mandus,” terang Broin.
Keduanya pun bergegas menuju rumah Mundus. Ternyata, ada istri almarhum. Juga, tampak Dus Ujan bersama istrinya, Letek, Mandus dan beberapa orang lagi. “Mereka sempat menawarkan untuk dibuatkan minum, tetapi saya menolak,” ungkap Broin.
Broin sempat menggali informasi tentang keberadaan almarhum sebelum dikabarkan menghilang. Diperoleh informasi bahwa Jumat (13/11/2020) pagi, almarhum masih bersama Dus Ujan di sekolah. Keduanya sempat minum kopi bersama. Bahkan, ketika itu, almarhum sempat menagih uang pembayaran bibit (anakan) anggur sebesar Rp. 150 ribu.
Selanjutnya, Broin, Martin Lamak, istri almarhum dan beberapa orang lain menuju ke rumah almarhum. Di rumah almarhum ini, dilakukan ritual adat. “Setelah itu kami dipanggil untuk pergi mencari almarhum bersama sejumlah orang yang sudah menunggu di luar rumah,” papar dia.
Rombongan pencarian pertama-tama menuju ke tikungan Gapura desa Katakeja bagian timur. Rombongan dipecah menjadi dua tim. “Saya dan beberapa orang lain mencari ke arah utara, sementara tim yang satunya menuju ke arah selatan atau ke arah sekolah,” jelasnya.
Baru sekitar 10 menit pencarian, “Kami mendengar teriakan histeris dari tim yang mencari ke arah sekolah bahwa almarhum sudah ditemukan. Saat itu kami berlarian menuju ke arah teriakan itu, dan dari jarak sekitar ratusan meter kami sudah mencium bau mayat,” ungkap Broin.
Broin nekad mendekati mayat dan berusaha menahan bau menyengat. Dia melihat kondisi fisik adik sepupunya itu dari jarak 3 meter. Air matanya tak terbendung.
Ia kemudian berbalik ke posisi yang sempat didatangi sore harinya. Dia berdiri di antara gedung satu dengan yang lain, tempat dimana pada sorenya dia sempat berdiri. “Di tempat itu bau mayat tercium sangat tajam. Di tempat itu, saya juga sempat memberi kabar kepada keluarga terkait penemuan mayat almarhum,” jelasnya, seraya menambahkan posisi yang sama sore hari tak tercium bau apapun.
Broin mengaku berdiri di tempat itu sampai kakak kandung almarhum, Blas Tolok, tiba di lokasi. Dia dan Blas pun merapat kedepan mayat yang masih tergeletak membujur kaku di atas tumpukan batu. “Di sana saya juga mendengar suara Dus Ujan berteriak bahwa Om Gusto e, kenapa engko bunuh diri begini,” ungkap Broin Tolok.(AN-01)
Pasti suatu saat ada balasannya Tuhan ina ama tua magu slalu doakan orang2 yg melakukan pembunuhannya amin