Aksinews.id/Lewoleba – Niat, tekad, semangat pantang menyerah, dan professional, itu akhirnya berbuah manis. Film pendek berjudul Keru Baki karya Lambertdino Purwanto Bediona alias Aldino Bediona berhasil menyabet gelar kehormatan (honorable mention) pada ajang Kalimantan International Indigenous Film Festival (KIIFF) 2021.
Pengumuman penghargaan kehormatan ini disampaikan dalam acara penutupan KIIFF 2021 yang dilangsungkan secara virtual melalui channal Youtube, hari Minggu (8/8/2021). Sebelumnya, pada Sabtu (7/7/2021) malam, film eksperimental yang khas dengan budaya Lamaholot ini ditayangkan secara global melalui kanal Youtube Ranu Welum.
Aldino bersyukur bisa mengikuti ajang internasional bergengsi itu. Ya, “Syukur kepada Tuhan dan leluhur Lewotana. Terima kasih kepada panitia KIIFF 2021 yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk mengikuti festival ini”, ungkap Aldino usai acara penutupan festival yang bertemakan ‘EARTH PROTECTOR, Heal The Land, Heal The Future’ tersebut.
Dia menegaskan bahwa film berdurasi 10 menit itu dipersembahkan untuk semua masyarakat adat Lamaholot yang setia dan konsisten mewarisi tradisi leluhur menjaga alam untuk generasi mendatang.
Sineas lulusan Desain Komunikasi Visual Universitas Dian Nuswantoro Semarang, Jawa Tengah, ini sempat mengajak panitia dan semua peserta perhelatan Kalimantan Internasional Indigenous Film Festival mengheningkan cipta bagi para korban bencana alam badai seroja di NTT yang terjadi bulan April yang lalu.
Film Maker kondang Lembata ini berujar, manusia adalah satu-satunya makhluk di bumi yang memiliki akal pikiran. Jadi, melalui Keru Baki dia berpesan, setidaknya sisakan sedikit nurani bagi kehidupan selanjutnya dengan cara merawat ibu bumi.
Film Keru Baki memang mengirim pesan yang sangat kuat tentang interaksi manusia dan alam dalam tradisi Lamaholot. Lambertdino mengangkat tema sakral ini dalam film berdurasi 10 menit itu sebagai bagian dari advokasi merawat alam melalui tradisi leluhur sejak ratusan lalu.
Abdul Gafur Sarabiti, penggiat budaya Lembata, mengaku bangga film Keru Baki karya Lambertdino bisa mendapatkan penghargaan kehormatan dalam festival itu.
Sejak awal, dirinya merasa yakin kalau Keru Baki bisa mengharumkan nama Lembata dan NTT dalam festival film internasional tersebut.
“Kalau kita menonton Keru Baki, kita bisa lihat imajinasi sutradara begitu hidup. Dia menghidupkan kembali simbol-simbol dalam tradisi Lamaholot yang lekat dengan alam dan korelasinya dengan manusia,” papar Gafur yang sudah hampir setahun ini juga meneliti tentang kebudayaan di Lembata.
KIIFF 2021 mengangkat isu masyarakat adat dengan tema seputar hak masyarakat adat, praktik atau ritual budaya, kearifan atau pengetahuan adat, perusakan lingkungan, inisiatif adat, green movement; dampak Covid-19 dan resiliensi masyarakat adat.
Total ada 21 nominasi film, dokumenter, fitur, film pendek, video pendek, parodi, dan drama dari Indonesia, Malaysia, Madagaskar, India dan Jerman yang dipilih juri dalam KIIFF 2021. Salah satunya adalah Keru Baki dari Lembata, NTT.
Karya para sineas ini resmi ditayangkan dalam empat sesi pertunjukan pada Sabtu dan Minggu kemarin. (*/fre)