Oleh : Yurgo Purab
Ketika Anda berkunjung ke pasar Inpres Larantuka, Anda akan melihat beberapa baliho dan spanduk bertebaran di sana. Di sebelah kiri, di lantai dua pasar Inpres ada sebuah baliho dengan tiga tokoh penting. Paling tengah adalah foto Bupati Flores Timur memakai topi kebesaran dengan lambang garuda dan baju putih, berdasi.
Apik betul. Baliho kurang lebih satu meter itu bertuliskan ‘Gejala’ (Gerakan Jaga Alam dan Air), di wilayah Kodim 1624/ Flotim.
Di etalase pertokoan, tak begitu banyak orang sepagi ini. Tak seperti biasanya. Mungkin situasi pagebluk Covid-19 telah mengubah pasar menjadi altar, tempat para pedagang berlitani, mengucap syukur dan memohon agar pasar tak boleh dibatasi oleh pemimpin tegap dalam baliho itu.
Mobil-mobil terparkir di halaman pertokoan. Ada keluar masuk membawa barang-barang jualan.
Para pengepul sayur dan ikan berasal dari daerah yang berbeda-beda seperti, Adonara, Tanjung Bunga, Delang dan beberapa daerah lainnya.
Mereka rela datang dari jauh sambil memikul harapan agar barang jualan mereka bisa terjual habis. Lagi-lagi pasar harus dibatasi. Ya, namanya Covid, mau dibilang apa.
Di depan bank BRI terpampang sebuah baliho ukuran besar. Baliho dengan tulisan Interisti Regional Flores Timur. Sebuah baliho bagi para pencipta sepak bola Inter Milan, itu pun mengimbau masyarakat agar patuh pada protokol kesehatan.
Memang tampak sepih betul hari ini. Di samping Bank BRI ada perpustakaan milik pemda Flotim, yang papan namanya hampir lenyap ditutupi tiang-tiang bangunan kecil milik pedagang-pedagang yang mencari nasib di pintu jalan.
Anak-anak pun, terlihat jarang menepuk punggung buku, mereka enggan lagi membaca. Lagi-lagi semua ini karena pandemi Covid-19, bukan?
Selain baliho ada spanduk-spanduk kecil dengan nafas sedikit runcing ujungnya.
“Stop Gunakan Knalpot Racing, Jadikan jalan raya tempat yang aman dan nyaman untuk semua. Patuhilah aturan berlalulintas”, begitu tulisan pada pos jaga polres Flotim di pasar Inpres Larantuka.
Di sebelah kiri tergantung spanduk ukuran yang sama. Spanduk dengan foto para TNI dan Polri membagikan masker dan menghimbau para pejalan kaki dan pengendara roda dua menggunakan masker.
Di sebelah kanan, tempat saudara kita, tukang ojek duduk menunggu penumpang, terdapat baliho politisi perempuan, Puan Maharani, Ketua DPR RI dari partai PDI perjuangan.
Dari perawakan mukanya, ia tersenyum lepuh. Seolah-olah pasar ada bagian dari obral janji dan tawar menawar politik.
Ibu-ibu di pasar lagi duduk di pinggir jalan, bertarung dengan ganasnya terik mentari. Pengepul sayur pun begitu.
Sementara di got-got sekitar ada rongsokan sampah tersumbat. Sebagiannya cukup bikin hidup macet.
Semua orang menggunakan masker ke pasar, sebagian ogah-ogahan. Memakai sebatas dagu dan juga terlepas tanpa menutupi hidung dan mulut.
Di tengah pandemi, nurani kita ikut tercebur. Antara bertahan hidup dan mencoba hidup, pun hampir tak ada titik pisah ! (*)
Yurgo Purab, pengamat pasar Inpres Larantuka