Setiap kali anda melewati jalan di pinggir pantai, atau duduk ‘ngerumpi’ di Asam Satu Beach, anda akan melewati sebuah pom bensin mini. Letaknya tak jauh dari badan jalan. Pom Mini Centro. Begitulah nama yang disematkan Yosep Milin Atasoge pada usahanya tersebut.
Pom mini tersebut tampak unik karena dicat dengan warna merah dan biru. Di depan pagar tempat usahanya terdapat taman bunga bermekaran. Tampak adem betul. Di dinding pagar tergantung ornamen papan dengan tulisan-tulisan yang memikat. “Cantik itu relatif, Ganteng itu absolut”, juga di dinding yang sama, terdapat tulisan “cinta Karena cinta”, dan lain sebagainya.
Yosep Milin Atasoge mengatakan bahwa pom mini tersebut ia buka pada tanggal tanggal 1 Maret 2019. Pemiliknya, yang punya hotel sunrise, Aditia Purnomo, sebut Milin.
“Saya hanya dipercayakan untuk kelola. Harganya pom tersebut 9 juta tambah ongkos pengiriman sampe di tempat jadinya 11 juta”, paparnya.
Desain yang unik tersebut, menurut dia, sebenarnya tidak disengaja juga untuk menarik pelanggan. Namun, ia hanya mau agar pom bensin tersebut kelihatan keren.
Kan, “di pinggir jalan. Intinya pingin lain dari pom yang ada. Walaupun terbuat sederhana dari kayu-kayu bekas”, tuturnya.
Atasoge bilang, apa pun bisnisnya, orang harus berusaha menarik pelanggan. “Namanya bisnis, jadi kita harus buat bagaimana supaya pembeli tu rasa nyaman dan tetap beli di kita. Selain dari itu, cara kita melayani dan juga mendesain hiasan-hiasan seperti ini”, tukasnya.
Ia katakan, semua itu berawal dari cara kita membaca pasar. “Kita melihat peluang bahwa di Larantuka SPBU cuma dua saja. Jadi kita punya niat untuk buka apalagi tempatnya yang strategis jauh dari SPBU”, jelasnya.
Ia melihat SPBU biasanya tutup jam 18.00 Wita. Atas dasar tersebut, ia curi waktu tutup jam 22.00 Wita.
Untuk keuntungan, jelas dia, tergantung sebelum masa pandemik Covid-19 tiap bulan ia bisa meraup Rp 5 juta. Sedangkan masa pandemik berkurang jadi 3 jutaan.
Bagi Yosep Milin, semua inisiatif tersebut ia belajar dari sosial media FB dan youtube. Ya, “Dari situ iseng-iseng buat supaya dibilang keren”, ceritanya.
“Sebelum kerja, saya sudah kerja di perusahan minyak sejak tahun 2013. Waktu masih di Kupang, ikut mobil tanki terus pindah kesini kerja di SPBU di Waihali selama 2 tahun”, paparnya.
Usaha semacam ini, bagi Milin, harus banyak bersabar. Karena sekarang di Larantuka, juga Pom Mini tambah banyak.
Milin berprinsip, tiap hari harus buka terus, kecuali ada hal yang memang harus kita tutup semacam urusan keluraga.
Ia menyadari menjaga kepercayaan pelanggan itu perlu, satu hari ada pembeli atau tidak saya tetap buka karena itu sebuah kepercayaan terhadap pelangan. “Kadang kita sering tutup orang jadi malas karena mau datang isi kita tutup”.
“Kalau buka terus dari pagi sampai malam pukul 22.00 Wita baru tutup maka orang mau datang sini itu sudah pasti bahwa pom itu buka terus. Intinya rasa memiliki dan mencintai pekerjan kita”, ujarnya.
Baginya, tantangan saat jualan yakni ketika musim hujan. Mereka harus bertahan melayani pelanggan. Situasinya hujan, kadang lampu juga padam.(yup)