(In Memoriam Bapak Efrem Hama Kelore, Pengawas SMA/SMK pada Dinas PPO Propinsi NTT)
Aku kenal sosokmu. Lelaki sederhana. Berperangai halus dan lembut yang datang dari pulau batu. Dahulu, di jaman putih biru, kau arungi laut di selat Lewotobi dengan sampan sederhana buatan orang kampung, menuju Lewotobi untuk mengenyam pendidikan SMP di Taman Ile Bura. Banyak kisah hidup yang kemudian selalu kau narasikan kepada istri dan anakmu, bahkan juga kepada generasi muda jaman ini, bahwa sesungguhnya kita mesti belajar pada pengalaman hidup, karena pengalaman itu adalah the best teacher.
Tipikal sederhana yang melekat padamu selalu mengajarkan pentingnya asa dan harapan untuk tetap bertahan dalam derasnya ombak kehidupan ini. Banyak kisah dan cerita yang selalu kau kisahkan di saat sekarang tatkala kita bersua.
Dahulu, saat orangtuamu menghantarmu ke Lewotobi, saat itu juga ketika mereka hendak berlayar kembali untuk pulang ke Solor, engkau tetap berdiri terpaku di pinggiran pantai dan menatap dari kejauhan, hanya untuk memastikan bahwa apakah benar perahu orang tuamu bersandar di Pantai Solor tanah kelahiranmu itu.
Hari ini, semuanya itu tinggal kenangan. Sedih bercampur kaget mendengar berita kepergianmu yang begitu mendadak dan begitu cepat. Hati ini jadinya gundah gulana karena seorang Efrem yang begitu dekat dengan keluarga, sahabat kenalan dan para guru dampingannya, terpaksa harus pergi dari atas panggung kehidupan ini dan tidak akan kembali lagi untuk hidup dan ada bersama lagi.
Dia pergi menghadap Sang Kalik, empunya kehidupan ini. Gumamku dalam hati. Sedih sekali dan begitu cepat kau pergi. Padahal keluargamu, istri dan buah hati anak-anakmu masih membutuhkanmu. Tidak hanya itu, kami para guru dampinganmu dan Lewotana ini masih membutuhkan bantuan dan sentuhan pelayananmu, khususnya dalam dunia pendidikan di tanah Lamaholot ini.
Ternyata Tuhan, Ama Leran Wulan lebih mencintai, lebih memilikimu, sehingga Dia memanggilmu pergi dari hadapan kami semua. Spontan, saat mendengar kematianmu yang begitu mendadak dan cepat, ada perbincangan-perbincangan liar di sudut-sudut sunyi perihal proses ada bersama dalam kebersamaan ini hingga saat-saat akhir kepergianmu yang tak akan kembali lagi.
Hari ini, engkau pergi meninggalkan isterimu, Ibu Evi Emar dan ketiga buah hatimu, Nona Imel, Aris dan Oa Maya. Mereka kini merasa kehilangan, karena sesungguhnya mereka masih sangat membutuhkan kehadiranmu sebagai seorang ayah yang selalu membentengi hidup dan kehidupan mereka. Sosok kebapakanmu juga selalu kau tunjukkan dalam tugas dan pengabdianmu sebagai seorang pengawas yang berkiprah dalam dunia pendidikan di tanah Lamaholot ini. Pak Efrem yang juga kerap disapa Bapak Efrem dalam tugas dan karya sebagai pengawas dikenal sebagai sosok ramah dan sederhana. Banyak disenangi dan dikagumi para guru.
Sebagai seorang pengawas, bapak Efrem selalu sadar bahwa awal kariernya adalah guru. Sehingga pada akhirnya dia toh senantiasa menghargai guru dan kerja guru in se.
Pernah dalam sebuah kesempatan saat bersenda gurau bersamanya, beliau mensharingkan pengalamannya sebagai seorang pengawas pendidikan. Awalnya, dia mengatakan bahwa menjadi pengawas sekolah itu sebenarnya sebuah tugas yang perlu dilihat sebagai sebuah peluang sekaligus tantangan. Sebagai sebuah peluang, saya mesti memanfaatkan banyak waktu untuk belajar dan terus belajar memahami metode dan pelbagai pengetahuan lainnya berkaitan dengan pendidikan, sekaligus belajar memahami kharakter guru-guru dalam menjalankan tugas sebagai guru dan pendidik. Saya harus punya itikad baik untuk tetap mendampingi para guru, harus ada bersama mereka dan belajar bersama mereka.
Di samping itu, saya juga perlu memahami bahwa menjadi seorang pengawas sekolah pada lingkungan pendidikan merupakan sebuah tugas yang menantang saya. Apakah saya harus bersikap seperti seorang guru yang sudah hebat dan tidak mau mendengar suara atau keluhan dari para guru dampingan saya? Apakah saya otoriter dan harus paksakan kehendak saya kepada para guru dan tidak mau mendengarkan mereka? Ataukah saya selalu mempersalahkan guru?
Bapak Efrem tentu punya banyak kisah dan pengalaman nyata seputar kegiatan pendampingan guru di setiap sekolah binaan dan dampingannya. Para guru juga tentu punya aneka pengalaman nyata dengan sosok Bapak Efrem. Sebagai seorang pengawas SMA/SMK Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, beliau selalu punya banyak cerita yang bernuansa motivasi untuk dibagikan kepada para guru.
Kini semua kisah dan pengalaman itu tinggal kenangan. Bapak Efrem Hama Kelore kini tinggal nama. Benar kata Kalmachos, Filsuf Yunani Kuno, seorang Bapak itu tidak pernah akan mati. Dia mati secara fisik, tetapi namanya, kenangan-kenangan dan perbuatan baiknya tidak pernah akan mati. Semuanya itu akan tetap hidup selamanya dan akan tetap diceritakan secara turun temurun. Bapak Efrem sesungguhnya tidak akan mati. Kisah dan narasi kebaikannya tetap hidup dan dan tetap dikenang oleh keluarga dan para guru serta kita semua yang pernah hidup bersamanya.
Kini, Kayo Kelore Itu Telah Patah Terkulai, Tetapi Kayo Kelore Itu Tetap Dikenang Selamanya. Selamat jalan Bapa Efrem ke rumah peristirahatanmu yang kekal. Requiescat In Pace. Hodie mihi cras tibi. (Syl Witin)
Slmt jln BPK Eferm…moga bahagia di surga….
Slalu menjadi inspirasi bagi kmi..yg prnh mengenalmu…