Aksinews.id/Belobatang – Penjabat Bupati Lembata, Marsianus Jawa bersama Kepala Bank NTT Cabang Lewoleba, Petrus Soba Lewar lakukan panen jagung perdana di kebun Kelompok Wanita Tani (KWT) Poi Lewu, di Desa Belobatang, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Jumat (10/3/2023).
Ini merupakan bagian dari program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) yang dicanangkan Gubenur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat. Sehingga, Supervisor Program TJPS (Tanam Jagung Panen Sapi) Provinsi NTT, Benediktus Polo Maing pun ikut serta dalam rombongan Penjabat Bupati Lembata dan Kepala Bank NTT, ke Desa Belobatang.
Selain mereka bertiga, tampak hadir pula Asisten III Setda Lembata, Yohanes Brecmans Dai Wutun, Kadis Pertanian serta beberapa Kepala OPD, Camat Nubatukan dan Kepala Desa Belobatang serta Ketua Kelompok Wanita Tani Poi Lewu.
Jagung yang dipanen merupakan hasil kerja Kelompok Wanita Tani Poi Lewu. Mereka tampak gembira dengan kehadiran orang nomor satu di Lembata ini. Alhasil, mereka pun menyampaikan berbagai keluhan atas masalah selama proses penanaman hingga panen jagung.
Ketua KWT Poi Lewu, Yasinta Rinda yang diberi kesempatan bicara di depan Penjabat Bupati, secara spontan minta dibantu peralatan pemipil jagung. Pasalnya, selama ini mereka hanya mengandalkan tangan untuk memipil jagung. Ini bikin waktu terbuang sia-sia. Karenanya, mereka mendambakan mesin pemipil jagung agar lebih efisien dan efektif.
Tak cuma itu. Yasinta Rinda juga minta bantuan exavator guna menata lahan pertanian yang miring. Sebab, dari pengalamannya berkebun, jagung yang ditanam di tanah miring hasilnya tidak maksimal dibanding di tanah rata. “Jagung terlihat kerdil dan imbasnya pada saat pemasaran, nilai jual jagung tersebut berkurang.”
Menanggapi keluhan Wanita Tani Poi Lewu, Bupati Jawa langsung meresponnya dengan memerintahkan Kadis Pertanian untuk segera mendatangkan mesin pemipil jagung dan excavator untuk memenuhi kebutuhan petani di Desa Belobatang.
“Pak Kadis, tadi janji itu, mesin itu wajib antar kesini. Excavator yang disana itu, bawah kesini, bikin rata disini,” ujar Marsianus Jawa.
Mengenai laporan hasil panen yang telah dilakukan, dari luas lahan kurang lebih satu hektar diperoleh hasil panen sebanyak 5,5 ton. Ini memang kurang dari target yang direncanakan. Memang secara perhitungan awal seharusnya panen bisa mencapai tujuh ton tapi kenyataanya turun menjadi 5,5 ton saja. Atas hal ini, Bupati kemudian menegur langsung Kadis Pertanian.
“Komentarmu kemarin sampe tujuh (ton). Jadi anda harus cari tahu kenapa cuma 5,5. Itu ada di kepalamu, harus sampe tujuh. Intervensi seperti apa. Jadi itu meyakini supaya kelompok lain bisa ikut, sehingga tahun ini bisa lebih banyak masyarakat disini memperoleh berkat dari program ini,” tegas Bupati Jawa.
Dia pun mengingatkan kepada Kepala Desa untuk yakinkan warganya bahwa program ini bukan kaleng-kaleng. “Terbukti hari ini kita panen hasilnya langsung diambil oleh offtaker (pemasok kebutuhan industri ataupun pasar)”.
Saat ini, PT Suaka Bumi Pertiwi sebagai offtaker dari program TJPS di Lembata yang secara langsung mengambil hasil panen jagung dari petani.
Jagung yang baru dipanen Bupati bersama petani KWT Poi Lewu nantinya diambil oleh offtaker, dengan ketentuan harus memenuhi standar perusahaan. Karena itu, offtaker dalam tugasnya langsung dibekali dengan alat penjamin kualitas mutu. Jagung ketika dipanen sempat diukur diameter tongkolnya dan ditest kadar airnya.
Dari hasil pengukuran dan test kadar air dalam jagung didapatkan hasil panjang tongkol 20-22 cm, dengan lebar diameternya 2,2 inci. Kadar air dalam jagung saat diukur 24,4 persen. Hasil uji kadar air belum memungkinkan untuk diambil atau dijual karena melebihi standar yang diisyaratkan maksimal 14 persen.
Untuk hal itu, petani diminta terlebih dahulu mengurangi kadar air dalam jagung sampai batas yang ditentukan. Adapun bobot basa ditimbang saat itu, 3-4 tongkol jagung menghasilkan berat 1 kilogram.
Memang diakui kualitas jagung yang dipanen kali ini sudah memenuhi standar yang disyaratkan, tinggal mengurangi kadar airnya.
Direncanakan semua jagung yang dipanen dari program TJPS ini akan diambil offtaker PT Suaka Bumi Pertiwi dengan harga per kilonya Rp.3.500 (tiga ribu lima ratus rupiah).
Di samping kegiatan panen jagung, Bupati juga berkenan memberi stempel atau cap pada sapi. Pemberian stempel pada sapi ini adalah bagian dari rencana pemerintah untuk memantau dan menjamin kesehatan hewan berkuku seperti sapi. Karena Indonesia sekarang lagi dilanda infeksi virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Dari sekian banyak provinsi di Indonesia, ada lima provinsi yang bebas PMK, salah satunya adalah NTT. Jadi tujuan dilakukan penandaan ini untuk menjamin pihak luar NTT ketika membeli sapi dari NTT itu dijamin bebas dari PMK. Selain itu, ketika sapi sudah ditandai seperti ini dan dilaporkan ke pusat, pemilik ternak ini sudah terdata di pusat.
Hal positif lainnya, terhadap pengawasan mobilisasi keluar masuk ternak langsung bisa terpantau, karena pemilik ternak ini telah terdata dalam aplikasi.
Di samping itu, moment menarik lainnya, terlihat penyerahan angsuran pinjaman kredit Rp. 35 juta tahap pertama, sebesar Rp.10 juta kepada Bank NTT. Penyerahan ini dilakukan oleh dua anggota Kelompok Wanita Tani Poi Lewu dan diterima secara langsung oleh Kepala Bank NTT Cabang Lewoleba. (Prokompim Setda Lembata/AN-01)