Kabut duka kembali menyelimuti keluarga besar SMA Negeri 1 Larantuka. Seorang guru senior, Ibu Fransiska Anyika Hayon atau yang biasa disapa oa Siska Hayon, yang sudah lama mendedikasikan dirinya di lembaga pendidikan SMAN 1 Larantuka, kini harus beralih dari hidupnya diatas dunia ini dan kembali ke pangkuan Abadi, asal dan tujuan hidupnya, pada tanggal 3 Mei 2021 di rumah keluarganya di Maumere.
Ibu Siska Hayon, dilahirkan pada tanggal 1 April 1965 dari pasangan suami isteri Ignasius Nasu Hayon dan Sisilia Peransa Wain. Sebagai seorang guru PNS yang sudah sekian lama mengabdi di taman pendidikan SMA Negeri 1 Larantuka, 12 Maret 2007 hingga sekarang, dengan pangkat/golongan ruang Pembina/IVa dalam jabatan Guru Pembina.
Kepala SMA Negeri 1 Larantuka, Drs. Yakobus Milan Betan, mewakili Kepala Dinas Pendidikan Provinsi NTT, yang memimpin langsung upacara pemakaman secara protokoler, dalam sambutan pelepasan mengatakan bahwa kepergian ibu Siska justru membuat keluarga besar SMA Negeri 1 Larantuka kehilangan seorang guru yang begitu mencintai tugas dan profesinya sebagai guru.
Almarhumah adalah sosok guru senior yang sangat mencintai tugas utamanya sebagai guru yang tidak hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pemberi teladan hidup kepada anak didiknya. Beliau begitu setia dan penuh tanggung jawab mengajar dan mendidik generasi muda yang adalah aset dan masa depan bangsa dan lewotanah tercinta ini.
Ibu Siska dalam rutinitas keseharian selalu menunjukkan jati dirinya sebagai guru yang sangat mencintai profesinya. Selalu tampil sederhana, dan bekerja dalam diam. Keluarga besar SMA Negeri 1 Larantuka merasa kehilangan seorang anggota yang selalu bekerja dengan penuh tanggung jawab.
Hari ini, ibu Siska tidak ada lagi dan hidup bersama dalam lembaga pendidikan ini, tetapi kami percaya bahwa semangat pelayanan dan pengabdianmu itu pasti akan tetap dikenang dalam hidup dan karya kami selanjutnya di lembaga ini. Ibu Siska telah memberikan sesuatu yang terbaik di balik karya fmdan pengabdiannya sebagai seorang guru, yang selalu diguguli dan ditiru.
Hari ini juga, banyak anak didikmu hadir dan berdiri di seputar peti jenazahmu. Ada juga yang mendoakanmu dan turut berbelasungkawa mengiringi perjalanan pulangmu ke rumah Bapa. Itu artinya bahwa nereka semua pasti tetap mencintaimu selalu. Engkaulah guru kami dan guru mereka. Kandil kasihmu itu pasti dan akan tetap menyala dan memancarkan terang kehidupan bagi kami semua. Engkaulah pahlawan tanpa tanda jasa.
Saya teringat apa yang dikatakan seorang Filsuf tua di era Yunani kuno, Kall Machos, “Seorang ibu, mama itu tidak pernah akan mati, tetapi dia hidup terus. Walaupun dia mati secara fisik, jasmaniah tetapi namanya, jasa dan dedikasi serta budi baiknya tidak pernah akan mati.” Semuanya tetap dikenang dan tetap hidup selamanya.
Oa Siska Hayon, selamat jalan, selamat beralih dari dunia fana ini menuju ke rumah bapa. Sesungguhnya, Oa Siska telah memenangkan penderitaan di dunia ini dan kini Oa harus harus kembali menikmati kebahagiaan di rumah Surgawi, kemah abadi itu. Guruku, selamat jalan, hodie tibi cras mihi, hari ini engkau, besok atau lusa kami.
Sahabat guru yuniormu, Syl Witin.